PROSES PEMBENTUKAN AWAN
TUGAS KLIMATOLOGI
HUTAN
PROSES
PEMBENTUKKAN AWAN
OLEH :
EDI SUMARNO
M1A1 13 136
MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN
ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2014
BAGIAN 7
Pembentukan
Awan
A. Kondensasi
Kondensasi
adalah proses perubahan uap air menjadi air atau larutan. Perubahan uap air
menjadi larutan terjadi setelah uap air tersebut di atmosfer mengalami proses
pendinginan. Selama proses pendinginan akan dilepaskan panas laten yang
dikandung oleh uap air ke udara dan sekitarnya. Panas laten tersebut merupakan
penyumbang energi ke atmosfer yang cukup besar. Kondensasi dapat terjadi
melalui tiga beberapa cara dengan proses sebagai berikut; ( Barry and Chorley,
1976; Murdiyarso, 1980).
§ Jika
suhu udara turun hingga mencapai suhu titik embun tanpa penambahan uap air.
§ Jika
ada penambahan uap air tanpa pengurangan panas atau kenaikan suhu.
§ Jika
kapasitas udara mengandung ( menampung ) uap air berkurang akibat kenaikan
tekanan ataupun penurunan suhu.
Berbagai
bentuk kondensasi yang terjadi di alam antara lain adalah kondensasi minor
yaitu proses terjadinya embun, kabut, frost (embun beku) serta kondensasi mayor
yaitu berbagai macam bentuk awan. Salah satu hal penting dalam proses
kondensasi (nuclei) yang memiliki
afinitas yang tinggi terhadap air. Inti-inti kondensasi adalah bagian-bagian
renik (particle) yang melayang-layang
di udara dan bersifat higroskopis. Hujan asam terjadi kalau inti-inti
kondensasi tersebut terdiri dari garam-garam atau polutan yang berasal dari
limbah pabrik berupa asap yang selanjutnya jatuh terbawa oleh butir-butir
hujan.
1.
Perubahan
Suhu Vertikal dan Pendinginan Adiabatik
Salah satu
syarat terjadinya awan adalah naiknya massa udara ke atmosfer dan membawa serta
uap air. Seperti telah dijelaskan bahwa suhu udara menurun menurut ketinggian,
sehingga uap air tersebut akan terkondensasi bila suhu titik embun tercapai
pada ketinggian tertentu yang disebut sebagai level kondensasi. Daerah-daerah
yang bertekanan rendah dimana massa udaranya naik, disebut daerah konvergensi
dan pada daerah bertekanan tinggi massa udaranya turun disebut daerah
divergensi.
DALR
adalah
laju penurunan suhu yang diturunkan secara teori dengan menggunakan
asumsi-asumsi yang pada kenyataanya tidak ditemui di alam. Namun demikian,
konsep ini sangat berguna untuk menentukan stabilitaas atmosfer dalam
hubugannya dengan kenaikan atau penurunan massa udara dari atau ke lapisan
atmosfer yang lebih tinggi yang selanjutnya menentukan pembentukan awan.
2.
Stabilitas
Atmosfer
Secara umum
pembentukan awan dan hujan khususnya di daerah tropik disebabkan oleh naiknya
massa udara. Oleh karena itu, kondisi yang cenderung membantu atau menghambat
terjadinya gerakan ke atas sangat penting.
Stabilitas
atmisfer dapat dijelaskan sebagai kecenderungan udara untuk bergerak naik dan
turun dengan cara membandingkan kerapatan udara tersebut dengan udara
lingkungan pada ketinggian yang sama. Kalau kerapatan udara yang naik lebih
kecil dari udara lingkungan atau dengan kata lain suhu udara yang naik lebih
rendah dari suhu udara lingkungan, maka udara tersebut akan naik atau
sebaliknya (Wilson, 2007).
B. Pembentukan Awan
Awan (clouds) dalam atmosfer terbentuk karena
titik taraf kondensasi telah tercapai
yakni setelah sampai ke titik jenuh uap air. Munculnya gejala awan merupakan
indikator dinamika cuaca yang disebabkan oleh tercapainya pengembunan atau
kondensasi pada suhu tertentu. Untuk menjatuhkan uap air dari tempat yang
relatif lebih tinggi di atmosfer diperlukan proses pendinginan dan kehadiran
inti-inti kondensasi. Selanjutnya air yang sudah berkondensasi tersebut
kemudian berbentuk bintik-bintik air yang tampak menjadi awan.
Awan merupakan
kumpulan bintik-bintik air yang melayang-melayang di udara setelah mengalami
kondensasi (kejenuhan) dengan ukuran yang masih relatif kecil (sekitar 100 um).
Awan juga merupakan petunjuk yang baik atau dari kondisi cuaca, misalnya jika
terjadi awan dan hujan bagi orang penerbangan disebut cuaca buruk dan
sebaliknya bila mana cerah disebut cuaca baik.
Pada dasarnya ada tiga
hal penting yang harus dipenuhi agar uap air yang ada diudara dapat berbentuk
menjadi butir-butir air dan seterusnya menjadi hujan, yaitu (a) adanya uap air,
(b) adanya inti-inti kondensasi dan (c) adanya proses pendinginan. Bila kondisi
tersebut terpenuhi maka proses kondensasi terjadi dan dalam sistem atmosfer
bumi akan terbentuk salah satu atau lebih dari hasil proses tersebut, yang
menghasilkan embun, frost, kabut dan awan.
Embun dan frost
adalah salah satu bentuk hasil kondensasi yang sering terjadi pada pagi hari
atau sepanjang malam pada keadaan udara tenang (kecepatan angin lemah) dan
langit cerah (perawanan rendah). Kabut adalah salah satu bentuk hasil
kondensasi diatmosfer. Sedangkan Awan hampr sama dengan embun, frost dan kabut,
awan terbentuk melalui proses kondensasi. Perbedaanya adalah pada ketinggian
terjadinya awan. Awan dapar berupa buti-butir air atau kristal es yang cukup
ringan untuk melayang-layang di udara dan bergerak megikuti arus angin.
Berdasarkan
uraian diatas, maka awan memiliki peranan yang sangat penting :
1. Selain
berfungsi sebagai unsur cuaca/iklim.
2. Sebagai
pengendali cuaca karena bertindak sebagai sumber air bagi terjadinya hujan.
3. Dalam
neraca radiasi dan panas karena merupakan pemantul yang baik terhadap radiasi
surya.
4. Sebagai
penyerap yang baik terhadap radiasi bumi.
C. Tipe-tipe Awan
Awan dapat
digolongkan berdasarkan bentuk, ketingian dari permukaan bumi, corak warna dan
warna awan. Secara umum awan dikelompokkan atas empat kelompok (Pettersseen,
1941; Barry and Chorley, 1976; Strangeways, 2007), yaitu :
1.
Kelompok cirrus (Ci), Cirrosstratus
dan Cirrocumulus. Menurut letaknya awan Cirrus adalah jenis awan tertinggi,
kemudian Cirrocumulus dan Cirrostratus.
· Awan
cirrus adalah awan yang menyerupai bulu ayam yang halus dan tipis serta
warnanya putih. Strukturnya tersusun seperti serat-serat halus dan nampak
seperti benang sutera putih. Biasanya jenis awan ini nampak pada kondisi langit
cerah (biru).
· Awan
cirrocumulus (Cc) berada pada ketinggian 7.500 – 9.000 m dpl. Himpunannya
menyerupai gumpalan bulu domba berwarna putih dan himpunan tersebut dinamakan
massa globuler.
· Awan
cirrostratus (Cs) berada pada ketinggian 6.000 – 7.500 m dpl. Himpunan Cs
adalah lapisan awan yang putih dan tipis, namun jika berada di udara nampaknya
seperti susu. Awan cirrostratus biasanya menghasilkan sebuah halo (lingkaran)
di sekitar matahari atau bulan, dan biasanya kalau halo muncul banyak orang
mempercayainya sebagai tanda akan tibanya angin topan.
2. Kelompok
Altocumulus dan Altostratus. Awan jenis seperti ini tergolong awan menengah (middle clouds) yang tingginya 3.000 –
6.000 m dpl.
a. Awan
Altocumulus (Ac) tingginya antara 4.000 m dpl merupakan gumpulan awan yang
menyerupai bulu domba merino yang tebal, namun warnanya seragam (uniform)
berwarna kelabu hingga kelabu kebir-biruan.
b. Awan
Altostratus (As) tingginya antara 3.000 – 4.000 m dpl. Awan tipe ini menyerupai
cadar yang rapat dan berwarna kelabu yang merupakan globuler horisontal. Dan
sering membentuk bayangan.
3. Kelompok
Stracumulus, Nimbostratus, dan Stratus, merupakan kelompok awan rendah (low clouds), yang terbentuk di dekat
permukaan bumi hingga ketinggian 3.000 m.
a. Stratocumulus
(Sc), adalah awan bertumpuk (cumulus),
berlapis (stratus) sehingga membentuk gumpalan.
b. Nimbostratus
(Ns) terletak antara ketinggian 1.200 – 1.500 m dpl. Merupakan awan dengan
jenis globuler tebal dan luas arah horisontal.
c. Awan
Stratus (St), warnanya serba sama namun berlapis (stratus). Awan jenis ini merupakan
awan terendah dengan ketinggian antara 300 – 750 m dpl.
4. Kelompok
Cumulus dan Cumulonimbus, merupakan kumpulan tipe awan yang khas karena
terbentuk oleh proses adiabatik massa udara yang naik tegak dalam troposfer.
a. Cumulus
(Cu), adalah tipe awan bertumpuk (cumulus) yang terletak pada ketinggian 450 –
900 m dpl. Merupakan awan yang terbentuk darimassa udara yang naik secara
menegak (vertikal) kemudian mengembun menjadi awan .
b. Cumulonimbus
(Cb) merupakan tipe awan raksasa yang berkembang secara vertikal. Kadangkala
terus menjulang mencapai puncaknya yang menyerupai gunung disertai oleh bentuk
landasan besi.
D. Perawanan
Perawanan (Cloudinnes) adalah luas penutupan langit
oleh awan dan sering diekspresikan dalam bentuk angka oktaf (0 – 8). Perawanan
0 menunjukkan langit cerah tanpa awan dan perawanan 8 menunjukkan langit
tertutup total oleh awan. Kadang-kadang perawanan juga dinyatakan dalam persen.
Variasi
perawanan harian nampaknya lebih kompelks karena adanya perbedaan asal
timbulnya tipe awan cumulus dan stratus. Akibat pemanasan permukaan cenderung
terbentuknya awan cumulus. Awan ini akan maksimum terbentuk pada siang hari
hingga sore hari. Di lain pihak,an stratus biasanya terbentuk akibat kondensasi
atmosfer yang stabil, oleh sebab itu awan tipe ini banyak terbentuk pada pagi
hari dan sedikit pada siang hari.
Post a Comment for "PROSES PEMBENTUKAN AWAN"
Terima Kasih Telah Berkunjung